Kamis, 07 Agustus 2008

matang apa gak matang???

Kalau kita membaca tulisan di warung menyediakan “Sate Matang” maka yang terpikirkan adalah mungkin didaerah tersebut juga ada warung yang menjual “sate nggak matang”. Aku juga memikirkan hal yang sama saat pertama kali menginjakkan kakiku di Aceh.

Aceh merupakan propinsi paling barat Indonesia yang berpenduduk hampir 100% muslim, oleh sebab itu Banda Aceh dijuluki dengan sebutan Kota Serambi Mekkah.. Menurut cerita rakyat yang tidak bisa dipercaya kebenarannya penduduk Aceh itu merupakan keturunan dari bangsa Arab, Cina, India, dan Melayu. Sifat umum masyarakat Aceh adalah keras dan tegas namun dibalik sifat tersebut masyarakat Aceh ramah dan suka bersosialisasi.

Kembali ke Sate Matang……

Aku penasaran untuk menjajal makanan tersebut dan aku juga berusaha mencari apakah betul disamping ada sate matang berarti ada juga sate yang nggak matang. Ternyata sate matang itu betul merupakan sate yang sudah matang. Pengolahannya sama persis dengan sate lain yaitu daging kambing ditusuk, dibakar, dan dikasih kuah kacang. Perbedaannya terletak dari tambahan kuah kari yang menyertainya saat disantap.

Sate matang ini dapat ditemui hampir diseluruh pesisir timur Propinsi NAD. Enak satenya, namun yang gak enaknya adalah saat kutanya apakah ada sate yang nggak matang, aku diketawain dan ditanya balik buat apa ada sate yang nggak matang. Apa mau bakar sendiri dirumah?? Lalu dijelaskan bahwa Matang itu adalah nama daerah yang terkenal dengan sate kambingnya, sehingga sate yang terkenal di Aceh adalah sate Matang.

2 komentar:

brian_blue mengatakan...

boleh dicoba nih satenya, tp kapan ya..

Anonim mengatakan...

tuh kan, aku keduluan si "dokter anak"

pak zul.. mana foto anak-anaknya? bikin shoutbox dunk buat chat chat. btw, anda telah menyebutkan kata "kembar" sebanyak ehem... 4 kali kalo ga salah.. :))